#SIMENDIT #MMC-SIPID #ANTIKORUPSI # SEHATTANPAKORUPSI
#INVESTIGASI #RARIT
TINGKAT DAN
KARAKERISTIK SPIP
Tingkat maturitas
penyelenggaraan SPIP merupakan kerangka kerja yang memuat karakteristik dasar
yang menunjukkan tingkat kematangan penyelenggaraan SPIP yang terstruktur dan
berkelanjutan.
Tingkat maturitas
SPIP yang dimaksud adalah tingkat kematangan/kesempurnaan penyelenggaraan SPIP
mencapai tujuan pengendalian intern sesuai Peraturan Pemerintah nomor 60 tahun 2008 tentang SPIP.
Tingkatannya mulai level 0 (belum ada), level 1 (rintisan), level 2
(berkembang), level 3 (terdefinisi), level 4 (terkelola dan terukur), level 5
(optimum). Maturitas yang rendah mencerminkan kemungkinan yang lebih rendah
dalam mencapai tujuan, sedangkan tingkat maturitas yang lebih tinggi
mencerminkan kemungkinan keberhasilan yang lebih tinggi.
Sementara karakter
membedakan satu tingkat dengan tingkat lainnya. Karakteristik tingkat maturitas
penyelenggaraan SPIP seperti berikut:
1. Belum ada : belum memiliki kebijakan/prosedur yang diperlukan
untuk melaksanakan praktek pengendalian intern. Artinya sama sekali belum mempunyai infrastruktur (kebijakan dan
prosedur) yang diperlukan untuk melaksanakan praktek pengendalian intern.
2. Rintisan : ada praktik pengendalian intern namun pendekatan
risiko dan pengendalian yang diperlukan masih bersifat ad hoc dan tidak
terorganisasi dengan baik, tanpa komunikasi an pemantauan sehingga kelemahan
tidak diidentifikasi. Pada level ini telah menyadari pentingnya pengendalian
intern, namun pegawai tidak menyadari tanggung jawabnya
3. Berkembang : telah melaksanakan pengendalian intern, namun tidak
terdokumentasi dengan baik dan pelaksanaannya sangat tergantung pada individu
dan belum melibatkan semua unit organisasi. Efektivitas pengendalian belum
dievaluasi sehingga banyak terjadi kelahan yang belum ditangani secara memadai.
Tindakan pimpinan dalam menangani kelemahan tidak konsisten.
4. Terdefinisi : telah melaksanakan pengendalian intern dan
terdokumentasinya dengan baik namun evaluasi atas pengendalian intern dilakukan
tanpa dokumentasi yang memadai. Beberapa kelemahan pengendalian terjadi dengan
dampak yang cukup berarti bagi pencapaian tujuan organisasi
5. Terkelola dan
terukur : telah menerapkan pengendalian
intern yang efektif. Masing-masing personel pelaksana kegitan yang selalu
mengendalikan kegiatan pada pencapaian tujuan kegiatan itu sendiri maupun
tujuan organisasi. Evaluasi formal dan terdokumentasi. Kebanyakan evaluasi dilakukan
secara manual dan belum menggunakan alat bantu aplikasi komputer
6. Optimum : telah menerapkan pengendalian intern yang
berkelanjutan, terintegrasi dalam pelaksanaan kegiatan yang didukung oleh
pemantauan otomatis menggunakan aplikasi komputer. Akuntabilitas telah
diterapkan dalam pemantauan pengendalian, manajemenrisiko dan penegakan aturan.
Evaluasi diri sendiri atas pengendalian dilakukan secara terus menerus
berdasarkan analisis gap dan penyebabnya. Para pegawai terlibat secara aktif
dalam penyempurnaan sistem pengendalian intern.